DESAIN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG INOVATIF

Oleh: Achmad Junaidi

Disampaikan di Workshop Emplementasi Model-Model Pembelajaran ole PC. LP. Ma’arif NU Sumenep

A. Pendahuluan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki perubahan paradigma dalam pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal. Dalam hal ini, guru adalah salah satu komponen utama dalam melakukan perubahan paradigma tersebut, karena gurulah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembelajaran di Sekolah (Kelas).

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher oriented) beralih berpusat pada murid (student oriented), filosofi yang behaviorisme (dilatihkan) menuju konstruktivisme (dibagung sendiri), metodologi yang semula didominasi oleh ekspositori beralih pada partisipatori, dan pendekatan yang semula bersifat tekstual beralih pada kontekstual. Perubahan paradigma itu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan baik dari proses maupun output pendidikan.

Akibat perubahan paradigma itu maka dilahirkanlah model-model pembelajaran yang diyakini dapat mempermudah guru dalam melakukan proses pendidikan (pembelajaran) di kelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas output pendidikan.

B. Definisi Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu pola (kerangka) konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran (atau pengajar) dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Arrends (1997:7) menyatakan “ Model pembelajaran mengacu pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang memuat tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.

Terdapat empat ciri khusus model pembelajaran, yaitu: 1) Diciptakan berdasarkan teoritik yang logis dan rasional oleh penciptanya (pengembangnya), 2) landasan pemikiran tentang gambaran siswa belajar (tujuan), 3) prilaku pengajar yang diperlukan sehingga model tersebut dapat dilaksanakan, dan 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. (Kardi dan Nur, 2000:9)

Nieven (1999) mencirikan suatu model pembelajaran dikatakan baik jika: 1) Sahih, yakni: model dikembangkan berdasarkan rasional teoritik yang kuat dan konsistensi internal; 2) Praktis, yakni: pengakuan para ahli dan praktisi bahwa suatu model pembelajaran dapat diterapkan yang didukung oleh kenyataan hasil pengembangan model tersebut dapat diterapkan; 3) Efektif, yakni: pengakuan para ahli dan praktisi tentang keefektifan suatu model dan secara operasional memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan.

C. Landasan Teori-Teori Model Pembelajaran

1. Kontruktivisme

Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky yang menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi yang baru. Kaum konstruktivis yakin bahwa mengetahui adalah suatu proses dan siswa sendiri yang harus secara aktif menemukan dan menstranformasikan informasi kompleks menjadikan miliknya sendiri. Pendekatan konstruktivis menggunakan pemrosesan top-down, artinya siswa memulai proses dengan masalah atau tugas kompleks dan menemukan pengetahuan dan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tersebut. Yang dimaksud tugas kompleks adalah bahwa tugas-tugas itu bukan merupakan bagian atau penyederhanaan dari tugas-tugas yang akhirnya dapat dilakukan siswa, akan tetapi tugas itu merupakan tugas yang sebenarnya (otentik).

Suparno (1999:49) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivisme adalah :

1. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar.

3. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan secara mulus.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

2. Perkembangan Kognitif Piaget

Jean Piaget (Ibrahim, 2005:17) menegaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini memotivasi mereka untuk membangun secara aktif tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.

Menurut Piaget (Suparno, 1999), perkembangan kognitif terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannnya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun informasi baru ke dalam skemata (struktur mental) yang sudah ada dalam pikirannya. Dapat saja terjadi, dalam mengintegrasikan itu, seseorang tidak bisa mengasimilasikan informasi baru itu dengan skemata yang telah ia punyai. Dan bahkan informasi baru itu bisa saja sama sekali tidak cocok dengan skemata yang ia miliki, maka dalam keadaan seperti ini seseorang memerlukan Akomodasi, yaitu membangun skemata baru sehingga sesuai dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi skemata lama sehingga cocok dengan pengalaman yang baru.

Keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi dibutuhkan dalam perkembangan kognitif seseorang. Menurut Piaget (Suparno, 1999:33), mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang dengannya pengalaman-pengalaman ide baru diinteraksikan dengan sesuatu yang sudah diketahui seseorang yang sedang belajar untuk membangun struktur pengertian baru. Piaget (Ratumanan, 2002:34) berpandangan bahwa dalam penyerapan informasi baru oleh individu dapat terjadi “disequilibrium”, yakni terjadi ketidakseimbangan karena informasi yang masuk berbeda dengan skemata yang lama. Akibatnya, terjadilah akomodasi, dan skemata yang lama mengalami perubahan . Tetapi, bila yang terjadi adalah “equilibrasi ”, yakni proses pengembalian keseimbangan maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya.

3. Pengajaran John Dewey

John Dewey (dalam Arrends, 2008) mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengatasan masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai proyek berorientasi-masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting. Dewey dan siswa-siswanya mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak dan bahwa pembelajaran yang purposeful itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan memerintahkan anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri. Visi pembelajaran yang purposeful dan problem centered (berpusat pada masalah) yang didukung oleh hasrat bawaan siswa untuk mengeplorasi situasi-situasi, secara personal memberikan pengalaman baik positif maupun negatif. Pengalaman positif adalah pengalaman yang benar yang berfaedah yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Sedangkan pengalaman negatif adalah pengalaman yang salah yang merugikan (menghambat kehidupan) yang harus ditinggalkan.

4. Belajar Bermakna Ausubel

Belajar bermakna adalah proses pengaitan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dengan truktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang dapat mempengaruhi belajar siswa adalah sesuatu yang telah diketahui siswa. Dahar (1988:143) menyatakan bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa.

5. Penemuan Jerome Bruner

Bruner (Dahar, 1988) tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Bruner menekankan pada cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan menstranformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner (Kearsly, 2000) Belajar adalah suatu proses aktif seseorang dalam mengkonstruksi ide-ide atau konsep-konsep baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Proses mengkonstruksi pengetahuan tidak dilakukan dalam kondisi tertutup (terisolasi), melainkan dilakukan dalam kontek sosial. Siswa adalah mahluk sosial, mereka memperoleh suatu kerangka kerja untuk menginterpretasikan pengalaman-pengalaman.

Bruner (Hudoyo, 1988) mengemukakan 4 teori belajar, yaitu: 1) Teori Konstruksi, yakni cara terbaik bagi siswa untuk belajar suatu konsep atau prinsip dengan mengkonstruksi konsep atau prinsip itu sehingga mudah diingat dengan baik dan dapat mengaplikansikannya ke dalam situasi yang tepat, 2) Teori Notasi, yakni konstruksi pengetahuan pada permulaan belajar hendaknya dibuat lebih sederhana secara kognitif agar dapat dimengerti oleh siswa dengan baik dengan menggunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa, 3) Teori Perbedaan dan Variasi, yakni suatu konsep akan lebih bermakna bagi siswa bila konsep itu dikontraskan dengan konsep yang lain atau dengan memberikan non contoh dari konsep tersebut, 4) Teori Konektivitas, yakni setiap konsep, struktur, dan keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan yang lain.

6. Pembelajaran Sosial Vygotsky

Slavin (Palupi, 1999:14) mengemukakan bahwa Vygotsky meyakini tentang fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap oleh individu. Sedangkan menurut Kearsly (2000): The major theme of Vygotsky’s theoretical framework is that social interaction plays a fundamental role in the development of cognition. Pernyataan itu berarti tema utama dari teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vygotsky, sebagaimana yang dikemukakan oleh Stone dan Mc. Lelland (North Central Educational Laboratory, 2001): The most fruitful experience in a child’s education is his or her collaboration with more skilled partners. Maksudnya, pengalaman yang paling berguna dalam pendidikan anak adalah kolaborasinya dengan pasangan (siswa) yang lebih terampil. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa melalui belajar kelompok (kolaborasi) siswa dapat saling memberi bantuan dangan jalan pembimbingan intelektual yang memungkinkan siswa dapat mengerjakan tugas-tugas yang lebih komplek, suatu kondisi yang berbeda ketika siswa mengalami hambatan karena mengerjakannya secara individual.

Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada pada Zone of Proximal Development (ZPD). Vygotsky (Bornok, 2007: 33) mendefinisikan Zone of Proximal Development (ZPD) sebagai berikut.

Zone of proximal development is the between the actual developmental level as determined through independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers.

Definisi ZPD di atas menyatakan bahwa: pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Tingkat perkembangan potensial menentukan fungsi intelektual individu yang dapat dicapai dengan bantuan orang lain misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zone yang berada di antara tingkat perkembangan aktual dan perkembangan potensial pelajar inilah yang disebut sebagai ZPD.

Nilai penting dari ide Vygotky bagi pendidikan adalah bahwa belajar terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sebaya. Dengan tantangan dan bantuan yang tepat dari guru dan teman sebaya yang lebih mampu, siswa maju ke zone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi.

Vygotsky (Nur: 2000:4) mengemukakan ada 4 prinsip kunci dalam pembelajaran yang dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:

a. The Sosiocultural of Learning, yakni penekanan pada hakikat sosio-kultural pada pembelajaran. Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih terampil.

b. Zone of Proximal Development, yakni daerah (zona) perkembangan terdekat. Siswa belajar konsep paling baik apabila berada pada daerah perkembangan terdekat, yaitu tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan siswa saat itu. Siswa sedang bekerja di dalam daerah perkembangan terdekat mereka pada saat mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri tetapi dapat menyelesaikannya bila dibantu oleh teman sebaya mereka atau orang dewasa.

c. Cognitive Apprenticeship, yakni pemagangan kognitif. Siswa berproses belajar setahap demi setahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli, ahli itu bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai permasalahannya.

d. Scaffolding atau Mediated Learning, yakni dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Tugas-tugas kompleks diberikan kepada siswa, kemudian diberikan tahap demi tahap bantuan secukupnya sehingga siswa dapat mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya sendiri. Bantuan tersebut bisa saja berupa petunjuk, pertanyaan, peringatan, atau dorongan ke arah pemecahan masalah.

7. Pemrosesan Informasi

Teori Pemrosesan Informasi menjelaskan tentang pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi (pengetahuan) dari otak. Pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan suatu informasi (pengetahuan) dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. Pengetahuan Awal

Pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpulan pengetahuan atau pengalaman individu yang diperoleh sepanjang hidupnya, dan apa yang ia bawa kepada sesuatu pengalaman belajar baru. ( Nur, 2000). Pengetahuan awal menjadi prasyarat awal yang menyebabkan pengetahuan bisa diterima (dimiliki).

b. Register Pengindraan

Register Pengindraan adalah penerimaan (pencatatan) sejumlah informasi dari indra (penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan pengecap) yang disimpan dalam waktu yang sangat singkat (tidak lebih dari 2 detik) oleh otak untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan sisanya hilang dari sistem.

Proses Register Pengindraan melalui: 1) Persepsi, suatu interpretasi seseorang terhadap rangsangan yang dipengaruhi oleh status mental, pengalaman masa lalu, dan motivasi, 2) Psikologi Gestal, yaitu keseluruhan persepsi dari suatu sensasi yang memiliki makna yang lebih dari bagian-bagian sensasi itu sendiri, 3) Perhatian, yakni cara untuk memperoleh perhatian siswa dengan menggunakan isyarat ucapan, pengulangan, atau pengaturan posisi untuk mengkomunikasikan pesan penting.

c. Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Pendek adalah tempat penyimpanan informasi dalam jumlah dan waktu yang terbatas. Miller (Nur, 1998) menyatakan memori jangka pendek mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi.

Proses mempertahankan suatu informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang dan menghafal. Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal dalam memori pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan ditrasfer ke dalam memori panjang.

d. Memori Jangka Panjang.

Memori Jangka Panjang adalah tempat pengetahuan tersimpan secara permanen untuk dipanggil ketika ingin digunakan (Arrends, 1997).

Memori Jangka Panjang terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1) Episodik, yakni memori yang menyimpan gambaran atau bayangan mental yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi, 2) Semantik, yakni memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum atau generalisasi informasi yang diketahui (konsep, prinsip, atau aturan) dan bagaimana menggunakannya, serta keterampilan memecahkan masalah, 3) Prosedural, yakni memori yang mempunyai kemampuan untuk mengingat melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik.

Memori jangka panjang dapat diperkuat dengan beberapa cara, yaitu: 1) Tingkat Pemrosesan, yakni semakin menarik perhatian secara detail suatu stimulus, maka semakin banyak pemrosesan mental yang harus dilakukan terhadap stimulus sehingga semakin banyak mengingat stimulus tersebut, 2) Kode Ganda, yakni informasi yang disajikan baik secara visual maupun verbal diingat lebih baik dari pada informasi yang hanya disajikan dengan salah satu cara, 3) Pemrosesan Transfer-Cocok, yakni memori lebih kuat dan bertahan lebih lama jika kondisi kerjanya serupa dengan kondisi saat informasi itu dipelajari.

D. Model-Model Pembelajaran

1. Direct Intruction (DI)

Model DI (Pengajaran Langsung) adalah pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berhubungan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang tertruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu yang terungkapkan dengan kata-kata. Sedangkan Pengetahuan Prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Kardi dan Nur (2000) menyajikan sintaks model DI terdiri dari 5 fase seperti yang tertera pada tabel berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan SK, KD, Indikator, menyampaikan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.

2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi informasi tahap demi setahap

3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik

5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dg perhatian khusus pada penerapan situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

2. Coopertive Learning (CL)

Model CL (Pembelajaran Kooperatif) adalah pembelajaran di mana siswa secara rutin bekerja dalam kelompok (4-6 orang) hitrogen dalam memecahkan masalah-masalah kompleks. Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi dengan pengalaman sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, dan memberikan kesempatan pada siswa berinteraksi dan belajar bersama dengan latar belakang yang berbeda.

Ibrahim dkk (2000:10) menyajikan sintaks model CL terdiri dari 6 fase seperti yang tertera pada tabel berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (SK, KD, Indikator) dan memotivasi siswa untuk belajar

2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3

Mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa cara pembentukan kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saan mereka mengerjakan tugas

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi (tipe), diantaranya adalah Student Team Achievement Division (STAD), JIGSAW, TGT, TPS, dan NHT. Sajian tentang perbandingan dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Karaktristik

STAD

JIGSAW

TGT

TPS

Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial

Kerja Kelompok dan kerjasama

Kerja Kelompok dan kerjasama

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan soaial

Struktur Team

Kelompok belajar hitrogen : 4-5 anggota

Kelompok belajar hetrogen : 5-6 anggota dengan pola kelompok asal dan ahli

Kelompok belajar hitrogen : 4-5 anggota

Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok : 4-5 anggota

Pemilihan Topik

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya guru

Tugas Utama

Dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk ketuntasan materi belajar

Mempelajari materi dalam kelompok ahli, kemudian membantu anggota kelompok asal dalam mempelajari materi

Menyelesaikan inkuiri kompleks

Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara soaial dan kognitif

Penilaian

Tes Mingguan

Bervariasi, dapat berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay

Bervariasi

Pengukuran

Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain

Lembar pengakuan dan publikasi lain

Bervariasi

3. Problem Based Intruction (PBI)

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran di mana siswa mengerjakan masalah otentik untuk menyusun (menemukan) pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian percaya diri.

Ibrahim (2000) menyatakan pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampiulan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulus, dan menjadikan mereka sebagai pebelajar yang otonom dan mandiri.

Ibrahim dan Nur (2000: 13) menyajikan sintaks PBI yang terdiri dari 5 fase seperti yang tertera pada tabel berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (SD, KD, Indikator), menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan maslah, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan maslah yang dipilih.

2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengrganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

3

Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan serta proses-proses yang digunakan

4. Diskusi Kelas

Diskusi Kelas adalah situasi pembelajaran di mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain bertukar pendapat (pertanyaan) pada tingkat kognitif yang lebih tingga secara lisan dengan saling membagi gagasan atau pendapat.

Diskusi kelas digunakan seperti yang diungkap oleh Suryosubroto (1997) apabila hendak: 1) memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki siswa, 2) memberikan kesempatan untuk menyalurkan kemampuan masing-masing, 3) memperoleh umpan balik dari siswa tentang tujuan yang telah dirumuskan, 4) membantu siswa belajar berpikir teoritis dan praktis, 5) membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya, 6) membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah baik dari pengalaman atau pelajaran sekolah, dan 7) mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Sintaks Diskusi Kelas menurut Tjokrodiharjo (2003) seperti yang disajikan berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

1

Menyampaikan tujuan dan mengatur setting.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.

2

Mengerahkan diskusi.

Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi.

3

Menyelenggarakan diskusi.

Guru memonitor antar aksi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri.

4

Mengakhiri diskusi.

Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah diselenggarakan kepada siswa.

5

Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu.

Guru menyuruh para siswa untuk memeriksa proses disksusi dan berpikir siswa.

5. Inkuiri

Pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran ini dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.

Sintaks pembelajaran inkuiri seperti yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996) adalah sebagai berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

1

Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengindentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2

Membuat hipotesis.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pandapat dalam mambentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana memjadi prioritas penyelidikan.

3

Merancang percobaan.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis ysng akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4

Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi.

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5

Mengumpulkan dan menganalis data.

Guru memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6

Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

E. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran

1. Learning Strategies (LS)

Pengertian strategi secara umum adalah suatu garis-garis besar untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang ditentukan. Dalam pembelajaran, strategi bisa berarti silabus (pola umum) kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Learning Strategies ( strategi-strategi belajar) adalah pendekatan strategi pembelajaran yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar. LS lebih dekat kepada hasil belajar kognitif daripada tujuan belajar perilaku. Nur (2000: 6) memberikan komentar argumen yang kuat tentang pentingnya LS. LS berlandaskan pada dalil bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri memotivator belajar mereka sendiri.

LS memiliki karakteristik-karakteristik seperti yang dinyatakan Arrends (1997:245) antara lain: 1) mendiagnosis secara tepat situasi pembelajaran tertentu, 2) memiliki pengetahuan strategi-strategi belajar efektif, bagaimana dan kapan menggunakannya, 3) dapat memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator internal, 4) mampu tetap tekun dalam tugas sehingga dapat terselesaikan, dan 5) belajar secara efektif dan memiliki motivasi yang kontinu untuk belajar.

Terdapat beberapa strategi belajar yang dapat digunakan seperti yang diungkapkan oleh Nur (2000:25), yaitu: 1) strategi mengulang, yakni pengulangan materi sederhana yang dapat mebantu dalam mempertahankan informasi tetap berada dalam memori jangka pendek, namun kurang membantu iformasi baru lebih bermakna kecuali dengan pengulangan yang lebih kompleks seperti menggaris bawahi dan membuat catatan pinggir; 2) strategi elaborasi, yakni proses penambahan rincian informasi baru sehingga lebih bermakna, karena sistem pengkodean menjadi lebih mudah dan memberi kepastian seperti pembuatan catatan dan penggunaan analogi; 3) strategi organisasi, yakni peningkatan kebermaknaan informasi baru melalui penggunaan struktur pengorganisasian baru pada informasi tersebut seperti membuat kerangka garis besar, pemetaan konsep, dan membuat kategori baru; 4) strategi metakognisi, yakni berhubungan dengan pemikiran bahwa mereka sendirilah yang berpikir dan kemampuan mereka menggunakan strstegi belajar tertentu dengan tepat.

2. Strategi PQ4R

Strategi PQ4R adalah strategi pembelajaran untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca,dan membantu proses pembelajaran di kelas dengan kegiatan membaca buku. PQ4R dikembangkan berdasarkan premis bahwa keberhasilan siswa banyak bergantung kepada kemahiran mereka untuk belajar sendiri dan untuk memonitor belajarnya sendiri.

Langkah-langkah pemodelan pembelajaran PQ4R seperti diungkapkan oleh Nur (2000:5) tertera dalam tabel berikut:

Fase

Kegiatan

Peran Guru

Peran Siswa

1

Preview (membaca selintas)

a. Memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca.

b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok / tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Membaca selintas dengan cepat untuk menentukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2

Question (mengajukan pertanyaan)

a. Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan.

b. Memberikan tugas kapada siswa membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa, dan bagaimana.

a. Memperhatikan pembelajaran guru

b. Menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya.

3

Read (membaca)

Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi / manjawab pertanyaan yang telah disusun sebelmnya .

Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan manjawab pertanyaan yang dibuatnya.

4

Reflect (menghubungkan dan mengaitkan)

Mensimulasikan / menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan.

Bukan hanya menghafal dan mengingat materi pelajaran tapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan.

5

Recite (merenungkan)

Meminta siswa membuat intisari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini.

a. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan.

b. Melihat catatan-catatan /intisari yang telah dibuat sebelumnya.

c. Membuat intisari dari seluruh pembahasan.

6

Review (mengulang kembali)

a. Menugaskan siswa membaca intisari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya.

a. Membaca intisari yang telah dibuatnya.

b. Membaca kambali bahan bacaan siswa jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.

3. Concept Mapping

Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat menentukan apakah suatu objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan contoh konsep. Konsep terbentuk melalui abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi adalah proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu dan mengabaikan elemen-elemen yang lain. Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada ketegori yang sama (Marten, 1994).

Ciri-ciri peta konsep seperti yang diidentifikasi oleh Erman (2003) adalah : 1) Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna, 2) Suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-konsep, 3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain, 4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Arrends (1997:258) memberikan langkah-langkan dalam membuat pete konsep sebagai berikut: 1) Mengindentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep, misalnya ekosistem, 2) Mengindentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama, misalnya individu, populasi, komunitas, dan 3) Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut, 4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

4. Reciprocal Teaching (RT)

Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan. RT dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman bacaan-bacaan secara mandiri di kelas.

Nur dan Wikandari (2000:20) menjelaskan pada awal penerapan RT guru memberitahukan suatu pendekatan/strategi, menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedurnya. Selanjutnya mengawali pemodelan dengan membaca satu paragraf suatu bacaan, menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu: 1) memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca, berkenaan dengan wacana, dan memastikan bisa menjawabnya, 2) membuat iktisar tentang informasi terpenting dari wacana, 3) memprediksi apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya, dan 4) mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah sudah berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.

5. Contextual Teaching And Learning (CTL)

CTL (pembelajaran kontektual) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dangan penerapanyya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utamanya, yakni: konstruktisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian otentik.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL di dalam kelas adalah sebagai berikut: 1) kembangkan pemikiran anak akan belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2) Lakukan secara optimal kegiatan inkuiri untuk berbagai topik, 3) Rangsang dan kembangkan rasa ingin tahu dengan melakukan berbagai pertanyaan, 4) Kndisikan manyarakat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok, 5) Munculkan suatu model (pemodelan) sebagai contoh belajar, 6) lakukan refleksi dan penguatan di akhir pertemuan, dan 7) lakukan penilaian yang sebanarnya (otentik) dengan menampilkan berbagai macam tes.

F. Contoh Desain RPP Model-Model Pembelajaran

1. RPP Model Direct Intruction (DI)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : IV/2

Tema : Kegiatan

Sub Tema : Kegiatan Sehari-hari

Aspek : Menulis

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit.

A Standar Kompetensi

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat.

B Kompetensi Dasar

Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau menjelaskan tentang cara membuat sesuatu

C Indikator

1. mengidentifikasi petunjuk melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu yang ada di lingkungan sekitar anak.

2. menjelaskan cara membuat petunjuk melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu

3. menulis petunjuk cara melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu.

D Tujuan

1. Siswa dapat mengidentifikasi petunjuk melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu yang ada di lingkungan sekitar anak.

2. Siswa dapat menjelaskan cara membuat petunjuk melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu

3. Siswa dapat menulis petunjuk cara melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu.

E Materi Pembelajaran

1. Mengidentifikasi petunjuk

2. Cara membuat petunjuk

3. Contoh petunjuk

F Model dan Metode

Model Pembelajaran langsung

G Sumber dan Media Pembelajaran

1. Sumber belajar : Kaswan Darmadi dan Rita Nirbaya. 2008. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD Kelas IV. Pusat Perbukuan Nasional

2. Media Pembelajaran : Kemasan Obat atau Kemasan Lain

H Kegiatan Inti

Fase

Kegiatan

Waktu (‘)

1

a. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan tentang petunjuk yang pernah dibaca atau diketahui siswa, misalnya “ pernahkan kamu minum obat?” Ketika minum obat, kamu membaca sendiri petunjuk cara minum obat ataukah kamu diberitahu orang tuamu cara minum obat ataukah kamu hanya minum obat jika orang tuamu yang meminumkannya? Apa akibatnya jika minum obat tidak sesuai dengan petunjuk dokter? Selain, petunjuk cara minum obat, pernahkan kamu memperhatikan atau membaca petunjuk lain? Apa contohnya ?

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah pembelajaran usai

c. Memotivasi siswa dengan menginformasikan latar belakang pelajaran dan pentingnya pelajaran untuk mempersiapkan siswa belajar

5

2

a. Guru menunjukkan salah satu model atau contoh petunjuk dalam sebuah kemasan produk tertentu yang terdapat di dalam ‘pojok pasar’ yang terdapat di sudut kelas atau petunjuk lain yang terdapat di lingkungan sekitar kelas dan sekolah

b. Guru menugasi siswa untuk mencari contoh peyunjuk yang terdapat dalam produk-produk lain di dalam ‘pojok pasar’ atau di lingkungan sekitar kelas dan sekolah

c. Guru memodelkan cara membuat petunjuk dan membericontoh cara membuat petunjuk setahap demi setahap, dan siswa menirukan

60

3

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok *

b. Guru menugasi dan membimbing pelatihan awal dalam bentuk siswa mendiskusikan cara membuat petunjuk dalam kelompoknya masing-masing dan membuat petunjuk cara membuat petunjuk melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu sebagai hasil kerja kelompok

4

Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik terhadap hasil kerja kelompok dengan cara mencermati dan membahas masing-masing hasil kerja kelompok secara klasikal berdasarkan aspek isi, kejelasan, dan bahasa

5

a. Guru bersama siswa menyimpulkan butir-butir penting pembelajaran yang dilakukan tentang membuat petunjuk

b. Guru menyarankan kepada siswa untuk memperhatikan petunjuk ketika malakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu yang besar sekali manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.

5

I Evaluasi Peembelajaran

1. Prosedur Evaluasi : evaluasi otentik (evaluasi proses dan hasil)

2. Jenis Tes: Tes Tulis, Tes Perbuatan

3. Bentuk Tes :

a. Penugasan

1) Carilah contoh wacana petunjuk dari berbagai sumber yang dapat kamu dapatkan di rumah, di kantin sekolah, atau di lingkungan sekitarmu!

2) Diskusikan dalam kelompok cara membuat petunjuk tentang cara melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu!

3) Buatlah suatu contoh petunjuk kemudian tulislah di selembar kertas, beri nama kelompok, lalu kumpulkan!

b. Tes Subjektif

Buatlah petunjuk cara melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu, kemudian tulislah di selembar kertas, beri nama, lalu kumpulkan.

4) Kreteria Penilaian Penugasan

No

Nama Siswa

Pemahaman Materi

Kerjasama

Aktivitas

Total

Skor

Bobot

Jml

Skor

Bobot

Jml

Skor

Bobot

Jml

5) Kreteria Penilaian Tes Subjektif

No

Nama Siswa

Isi

Kejelasan Pentunjuk

Bahasa

Total

Skor

Bobot

Jml

Skor

Bobot

Jml

Skor

Bobot

Jml

2. RPP Model PBI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/ Genap

Materi Ajar : Geometri Ruang

Sub Materi Ajar : Volume Bangun Ruang

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Pertemuan : Pertama

A. Standar Kompetensi

Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam Geometri Ruang.

B. Kompetensi Dasar

Menentukan kedudukan titik , garis, dan bidang dalam bangun ruang .

C. Indikator

1. Menentukan volume bangun benda ruang

2. Menghitung perbandingan volume dua bangun benda dalam suatu benda ruang dimensi tiga.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menentukan volume bangun benda ruang

2. Siswa dapat menghitung perbandingan volume dua bangun benda dalam suatu benda ruang dimensi tiga

E. Materi Ajar

Geometri Ruang

F. Sub Materi Ajar

Volume Bangun Benda Ruang

G. Materi Prasyarat

1. Bangun benda-benda ruang.

2. Luas bangun benda-benda ruang.

H. Sumber Pembelajaran

Buku penunjang yang terkait dengan Geometri Ruang.

I. Model dan Strategi Pembelajaran

1. Model pembelajaran berbasis masalah

2. Diskusi, ceramah disertai tanya jawab, dan pemecahan masalah.

J. Skenario Pembelajaran

Fase

Kegiatan

Waktu

Guru

Siswa

Fase- 1

Mengorientasikan siswa pada masalah

9’

1. Memberikan motivasi dan mengingatkan kepada siswa sekilas tentang manfaat mempelajari materi ajar bangun ruang.

1. Mendengarkan penjelasan guru

2. Menjelaskan indikator-indikator pembelajaran

2. Mendengarkan penjelasan guru

3. Mengemukakan manfaat volume bengun ruang dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mendengarkan penjelasan guru

4. Membagikan Buku Siswa dan LKS-1

4. Mendengarkan penjelasan guru

Kegiatan Inti

Fase-2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

6’

1. Menyuruh siswa membuka buku siswa hal. 1 dan memahami masalah-1

1. Membuka buku siswa hal. 1 dan mencoba memahami masalah-1

2. Memberikan kesempatan bertanya pada siswa

2. Bertanya pada guru jika terdapat hal yang belum jelas

3. Menyuruh siswa mendiskusikan masalah-1 dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam masalah- 1

3. Berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan mencoba menjawab pertanyaan yang terdapat pada masalah-1

Fase- 3

Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

20’

1. Menyuruh salah satu kelompok untuk (yang sudah menyelesaikan masalah-1 ) mencatatnya di papan tulis dan menanyakan alasannya.

1. Salah seorang anggota kelompok mencatat di papan tulis dan anggota kelompok yang lain memberikan alasan jawabannya.. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya.

2. Menawarkan kepada kelompok lain untuk menjawab, jika mempunyai jawaban yang berbeda dengan temannya, dan menanyakan alasan jawabannya.

2. Salah seorang anggota kelompok mencatat di papan tulis dan anggota kelompok yang lain memberi alasan jawabannya. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya

3. Jika tidak ada kelompok yang mampu menyelesaikan masalah-1, mengarahkan tiap kelompok untuk membuka LKS-1 pada hal.1 dan menjawab pertanyaan no.1 dan no.2

3. Membuka LKS-1 hal.1 dan memperhatikan pertanyaannya. Berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan menjawab pertanyaan LKS no.1 dan no.2.

4. Menyuruh salah satu kelompok yang sudah bisa menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.1 dan no.2 mencatatnya di papan tulis dan menanyakan alasan jawabannya.

4. Salah seorang anggota kelompok mencatat di papan tulis dan anggota kelompok yang lain memberi alasan jawabannya. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya

5. Jika tidak ada kelompok yang dapat menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.1 dan no.2, memberikan bantuan berupa pertanyaan berdasar pengalaman yang sudah di peroleh siswa.

5. Mendengarkan pertanyaan guru.

6. Menyuruh salah satu kelompok yang teleh menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.1 dan no.2 menuliskan jawabannya di papan tulis. Mengamati pekerjaan siswa di papan tulis dan menanyakan alasan jawabannya

6. Salah seorang anggota kelompok mencatat di papan tulis. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya, sedangkan kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawabannya.

Fase-3

Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

1. Menyuruh kelompok lain untuk menjawab pertanyaan, jika mempunyai jawaban yang berbeda dengan kelompok yang menjawab pertama.

1. Salah seorang anggota kelompok menulis jawabannya di papan tulis. Sedangkan kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya, sedang kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawabannya.

2. Mengamati pekerjaan siswa di papan tulis dan menanyakan alasan kelompok mereka.

2. Mendengar dan mencoba menjawab pertanyaan guru.

3. Jika tidak ada kelompok yang menjawab dengan benar, memberikan bantuan berupa pertanyaan berdasar pengalaman belajar yang sudah diketahui siswa.

3. Mendengar dan mencoba menjawab pertanyaan guru.

4. Jika siswa sudah dapat menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.1 dan 2 dengan benar, menyuruh tiap kelompok untuk memperhatikan dan memahami pertanyaan LKS-1 no.3.

4. Menyimak dan memahami pertanyaan LKS-1 no.3

5. Menyuruh kelompok yang sudah menyelesaikan pertanyaan no.3 menuliskan jawabannya di papan tulis.

5. Kelompok yang lain memperhatikan pekerjaan temannya, sedang kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawaban mereka.

6. Mengamati pekerjaan siswa dan menanyakan alasan jawaban mereka.

6. Memperhatikan jawaban temannya dan kelompok yang menjawab memberi alasan jawaban mereka.

7. Jika tidak ada kelompok yang menjawab dengan benar, memberikan bantuan berupa pertanyaan berdasarkan skemata yang dimiliki siswa.

7. Mendengarkan guru dan mencoba menjawab pertanyaan guru.

Fase-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

13’

1. Jika pertanyaan LKS-1 no.3 telah dapat diselesaikan, menyuruh siswa menjawab pertanyaan LKS-1 no.4 untuk menyelesaikan masalah -1

1. Tiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya menjawab pertanyaan LKS-1 no.4 untuk menyelesaikan masalah-1

2. Menyuruh kelompok yang sudah menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.4 menuliskan jawabannya di papan tulis.

2. Salah seorang anggota kelompok menulis jawaban di papan tulis.

3. Mengamati pekerjaan siswa di papan tulis dan menanyakan alasan jawabannya.

3. Kelompok yang lain memperhatikan pekerjaan temannya, sedangkan kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawabannya.

4. Menyuruh kelompok yang lain menjawab pertanyaan LKS-1 no.4 jika jawabannya berbeda dengan temannya dan tanyakan alasan jawabannya.

4. Salah seorang anggota kelompok menulis jawabannya di papan tulis.

5. Jika tidak ada kelompok yang menjawab dengan benar, memberikan bantuan berupa pertanyaan berdasarkan skemata yang dimiliki siswa. Jika pertanyaan LKS-1 no.4 telah diselesaikan, menyuruh siswa untuk menyelesaikan masalah-2 yang terdapat dalam Buku Siswa.

5. Mendengarkan guru dan mencoba menjawab pertanyaan guru. Tiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah-2 yang terdapat dalam Buku Siswa.

Fase-3

Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

20’

1. Menyuruh kelompok yang sudah menyelesaikan masalah-2 untuk mencatatnya di papan tulis .

1. Kelompok yang sudah menyelesaikan masalah-2 menulis jawabannya di papan tulis.

2. Mengamati pekerjaan siswa di papan tulis

2. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya.

3. Menyuruh kelompok lain untuk menjawab dan menuliskannya di papan tulus, jika jawabannya berbeda dengan temannya, dan menanyakan alasan jawabannya.

3. Kelompok yang mempunyai pendapat beda, menuliskan penyelesaiannya di papan tulis.

4. Jika tidak ada kelompok yang mampu menyelesaikan masalah-2 , arahkan tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS-1 no.1 dan no.2

4. Membuka LKS-1 dan memperhatikan pertanyaan. Berdiskusi dengan teman kelompoknya.

5. Menyuruh salah satu kelompok yang telah menyelesaikan pertanyaan LKS-1 no.1 dan no.2 mencatatnya di papan tulis dan menanyakan alasan jawabannya.

5. Salah seorang anggota kelompok menulis jawaban di papan tulis dan anggota kelompok yang lain memberi alasan jawabannya. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya.

6. Jika tidak ada kelompok yang bisa menyelesaikan pertanyaan LKS no.1 dan no.2, memberikan bantuan berupa pertanyaan berdasar pengalaman yang sudah diperoleh siswa.

6. Mendengarkan guru dan mencoba menjawab pertanyaan guru

7. Menyuruh salah satu kelompok yang dapat menyelesaikan LKS-1 no.1 dan no.2 menuliskan jawabannya di papan tulis. Amati pekerjaan siswa di papan tulis dan tanyakan alasan jawabannya

7. Salah seorang anggota kelompok menulis jawabannya di papan tulis. Kelompok yang lain memperhatikan jawaban temannya, sedangkan kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawabannya.

Fase-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

13’

1. Jika pertanyaan LKS-1 no.1 dan no.2 telah dapat diselesaikan, menyuruh siswa menjawab pertanyaan LKS-1 no.3 untuk menyelesaikan masalah-2.

1. Tiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya menjawab pertanyaan LKS-1 no.3 untuk menyelesaikan masalah-2.

2. Suruh kelompok yang sudah menyelesaikan pertanyaan no.3 menuliskan jawabannya di papan tulis.

2. Salah seorang anggota kelompok menulis jawaban di papan tulis.

3. Mengamati pekerjaan siswa di papan tulis dan menanyakan alasan jawabannya.

3. Kelompok yang lain memperhatikan pekerjaan temannya, sedangkan kelompok yang menulis jawaban memberi alasan jawabannya.

4. Menuruh kelompok yang lain menjawab pertanyaan LKS-1 no.3 jika jawabannya berbeda dengan temannya dan tanyakan alasan jawabannya.

4. Salah seorang anggota kelompok menulis jawabannya di papan tulis dan memberi alasan jawabannya.

5. Jika tidak ada kelompok yang menjawab dengan benar berikan bantuan berupa pertanyaan berdasarkan skemata yang dimiliki siswa.

5. Mendengarkan guru dan mencoba menjawab pertanyaan guru.

Fase-5

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

5’

1. Menanyakan kepada siswa apa yang belum mereka mengerti dan bertanya apakah proses pemecahan masalah sudah dapat dipahami

1. Menjawab pertanyaan guru

2. Menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan dan rangkuman materi pada buku tulisnya.

2. Menulis kesimpulan dan rangkuman materi pada buku tulisnya.

Kegiatan Akhir

Memberi soal uji kompetensi pada buku siswa. Jika tidak dapat diselesaikan di kelas, soal uji kempetensi tersebut dijadikan tugas rumah.

Mengerjakan soal uji kompetensi yang ada pada buku siswa.

4’

K. Hasil Belajar

Produk

:

Konsep perbandingan volume bangun ruang

Proses

:

Memberikan masalah nyata, memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menganalisa dan mengevaluasi kembali hasil pemecahan masalah.

Psikomotor

:

Terampil memecahkan masalah.

Afektif

:

Bekerjasama, jujur mengungkapkan pendapat, dan senang belajar matematika

Buku Siswa

Pembelajaran bangun ruang di SMA kelas X merupakan materi lebih lanjut dari pembelajaran bangun ruang di SMP , yakni pembelajaran mengenai bangun ruang sisi tegak dan sisi lengkung. Dalam pembelajaran bangun ruang di SMA kelas X, konsep bangun ruang sisi tegak dan sisi lengkung tersebut dikembangkan sampai materi jarak dan sudut dalam bangun ruang. Pemahaman mengenai konsep pengukuran jarak sangatlah penting, karena konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari telah diterapkan dalam bidang arsitektur, salah satunya adalah perancangan interior dalam sebuah ruangan. Dalam sebuah ruangan, keindahan interiornya tidak hanya dikarenakan adanya pernik-pernik yang ada dalam ruangan tersebut, akan tetapi juga dikarenakan peletakan (jarak) antara benda-benda dalam ruangan dan keharmonisan perancangan sudut dalam ruangan.

  1. Volume Bangun Ruang

Indikator-indikator hasil belajar yang harus kamu capai?

1. dapat menentukan volume benda bangun ruang

2. dapat menghitung perbandingan volume dua benda dalam suatu bangun ruang.

MASALAH-1

BAK MANDI IQBAL

Iqbal dipesankan ibunya untuk mengisi penuh bak mandi yang baru dikuras. Bak mandi itu berbentuk kotak dengan ukuran panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 1 m. Pada saat itu, ia harus menyelesaikan urusan (pekerjaan) di luar rumah dan diperkirakan pulang 4 jam kemudian. Ia ingin menyelesaikan kedua permasalahan itu sekaligus. Iqbal tahu bahwa dia dapat mengisi cebok* (yang bagian tempat menampung airnya) berbentuk setengah bola dengan jari-jari** 7 cm sampai penuh dalam 5 detik. Jika Iqbal pergi menyelesaikan urusannya setelah memutar kran dan pulang setelah 4 jam, apakah air telah tumpah dari bak?

Masalah-2

PENGUSAHA MINUMAN

Seorang pengusaha es krim akan memindahkan es krimnya dari sebuah drum dengan tinggi 1,2 m dan diameter 0,6 m ke dalam wadah kerucut yang yang bagian atasnya berbentuk setengah bola dengan jari-jari 6 cm dan tinggi 12 cm. Berapa buah wadah kerucut yang harus disediakan agar semua es krim dalam drum itu tertampung? Berapakah perbandingan daya muat minimum antara minuman yang terdapat dalam drum dan minuman yang terdapat dalam sebuah wadah kerucut?

Uji Kompetensi

Setelah kamu dapat menentukan volume suatu benda ruang dan menghitung perbandingan volume dua benda dalam suatu bangun ruang cobalah selesaikan permasalahan berikut dan tulislah jawabanmu pada buku tulismu.

Masalah-1

Sebuah batu alam yang dibuat oleh seorang pengrajin ditunjukkan oleh gambar 1 berikut. Bagian bawah dari dari batu alam tersebut berbentuk prisma, sedangkan bagian atas berbentuk setengah tabung. Hitunglah volume bangun tersebut.




8m

16 m

19 m

84 m

37 m

Gambar 1

Masalah-2

Dalam sebuah limas segi empat beraturan dengan luas sisi alas 196 cm2 terdapat sebuah kerucut yang alasnya terletak pada bidang alas limas dan tepat menyinggung sisi-sisi bidang alas limas serta tinggi kerucut persis sama dengan tinggi limas. Jika panjang rusuk-rusuk sisi limas 24 cm, dengan memperhatikan gambar 2, tentukan:

  1. Perbandingan luas alas limas dan luas alas kerucut.
  2. Perbandingan volume limas dan volume kerucut.

Lembar Kerja Siswa

(Waktu : 30 menit)

Masalah-1 : Bak mandi iqbal

Jawablah pertanyaan berikut untuk menyelesaikan masalah-1

1. Masih ingatkah kamu tentang bentuk-bentuk bangun ruang yang telah kamu pelajari ketika kamu masih di SMP? Cobalah kamu tulis bangun-bungn ruang tersebut ! Tulislah jawabanmu di bawah ini!

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Masih ingatkan kamu tentang rumus volume masing-masing bangun ruang yang telah kamu pelajarai ketika kamu di SMP? Coba kamu tulis masing-masing rumus volume bangun ruang tersebut!

Tulislah jawabanmu di bawah ini!

  1. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
  2. …………………………………………………………………………………………………………………………………………
  3. ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
  4. …………………………………………………………………………………………………………………………………………
  5. …………………………………………………………………………………………………………………………………………
  6. …………………………………………………………………………………………………………………………………………
  7. …………………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Sekarang, perhatikanlah masalah-1 pada buku siswa. Informasi apa saja yang dapat kamu peroleh dari masalah-1 tersebut?

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Selanjutnya dengan menggunakan jawaban pertanyaan 1 s.d. 3 di atas, jika kamu dapat menyelesaikan, selesaikannlah masalah-1! Jika tidak berikan alasan mengapa kamu tidak dapat menyelesaikannya .

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

Masalah- 2

Pengusaha minuman

Berdasarkan masalah-2 yang terdapat dalam buku siswa:

1. Informasi apa saja yang dapat kamu peroleh dari masalah-2 tersebut?

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Setelah manamukan informasi dari masalah 2 tersebut. Gunakan pengalaman yang kamu peroleh dari masalah-1 untuk menentukan volume drum dan volume botol tersebut!

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Kemudian temukan (tentukan) berapa botol yang harus disediakan oleh pengusaha tersebut ! Gunakan pengalaman yang kamu peroleh dari masalah 1.

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

1 komentar:

lakeishahvalladares mengatakan...

Best Casino in NY - Mapyro
› casinos-in-ny › casinos-in-ny › 동두천 출장안마 casinos-in-ny 인천광역 출장샵 › casinos-in-ny 천안 출장마사지 › casinos-in-ny 군산 출장안마 › casinos-in-ny 부천 출장샵